Kata proyeksi secara umum
berarti bayangan. Gambar proyeksi berarti gambar bayangan suatu benda yang
berasal dari benda nyata atau imajiner yang dituangkan dalam bidang gambar
menurut cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut berkenaan dengan arah garis
pemroyeksi yang meliputi sejajar (paralel) dan memusat (sentral). Arah yang
sejajar terdiri atas sejajar tegak lurus terhadap bidang gambar dan sejajar
akan tetapi miring terhadap bidang gambar.
Berdasarkan arah garis pemroyeksi tersebut
dikenal berbagai jenis gambar proyeksi. Garis pemroyeksi yang sejajar tegak
lurus terhadap bidang gambar menghasilkan gambar proyeksi orthogonal yang
terdiri dari proyeksi Eropa, proyeksi Amerika, dan proyeksi Aksonometri. Garis
pemroyeksi yang sejajar tetapi miring terhadap bidang gambar menghasilkan
proyeksi Oblik (miring). Sementara garis pemroyeksi yang memusat (sentral)
terhadap bidang gambar menghasilkan gambar perspektif.
Gb.1. Contoh pandangan sejajar tegak
Secara umum berbagai jenis gambar proyeksi dan
perspektif tersebut difungsikan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk
pictorial. Benda kongkret yang ada, misalnya meja atau kursi, digambarkan
sedemikian rupa sehingga dipahami oleh orang lain. Benda imajiner (khayalan
penggambar), misalnya meja atau kursi yang sebelumnya tidak ada digambarkan
sedemikian rupa sehingga dipahami oleh orang lain misalnya tukang atau pemesan.
Gambar proyeksi dan perspektif lebih banyak menampilkan benda imajiner, oleh
karena itu sangat bermanfaat dalam bidang perencanaan.
1. Proyeksi Ortogonal
(Eropa)
Penampilan
gambar proyeksi Eropa relative sederhana dibandingkan dengan yang lain. Gambar
ini menampilkan pandangan atas, depan (muka), dan samping. Oleh karena itu
proyeksi Eropa sangat tepat digunakan untuk kepentingan perancangan mebel atau
desain produk.
Sistem
gambar proyeksi Eropa dihasilkan dari pemroyeksian pada ruang atau sudut
pertama (first angel). Oleh karena itu proyeksi Eropa sering disebut proyeksi
“Kuadran Pertama” atau “Kuadran I”. Ruang atau sudut penampilan tersebut berbentuk
tiga dimensi, yang terdiri atas 3 bidang, yakni bidang I, II, dan III. Bidang I
berfungsi untuk menampilkan bayangan benada tampak dari atas, bidang II untuk
bayangan benda tampak depan, dan bidang III untuk bayangan benda tampak dari
samping kiri. Oleh karena itu proyeksi Eropa sering dikelompokkan dalam
proyeksi multiview (tampak ganda).
Jika diperhatikan sistem proyeksi Eropa ini
menempatkan posisi benda/obyek yang digambar berada di antara titik pengamat
(proyektor) dan proyeksi benda. Jika diurutkan maka posisi tersebut adalah
pengamat, objek, dan gambar proyeksi. Posisi pengamat terhadap bidang gambar
adalah tegak lurus. Di samping itu, masing-masing garis pemroyeksi yang
merupakan hubungan dari titik pengamat dan benda sehingga menghasilkan proyeksi
tersebut adalah sejajar sesamanya.
Ruang / sudut yang berbentuk tiga dimensi
ini diubah sedemikian rupa menjadi dua dimensi. Dengan kata lain diubah menjadi
bidang datar sehingga dapat dituangkan ke dalam bidang atau kertas gambar.
Perubahan sudut / ruang tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gb.2. Konstruksi ruang dalam proyeksi Eropa
Gb.3. Ruang dalam
proyeksi Eropa yang dibentangkan menjadi bidang datar.
Gb 4. Sumbu proyeksi
Eropa yang terbentuk karena rebahan ruang.
Gb. 5. Contoh cara
memproyeksikan sebuah titik.
Gb.6. Contoh benda berupa
kubus yang diproyeksikan dengan cara Eropa.
2. Proyeksi
Aksonometri
Proyeksi Aksonometri tergolong jenis
proyeksi sejajar (paralel) dan juga tegak (ortogonal). Perbedaannya dengan
proyeksi Eropa terutama adalah dalam penampilan tampak. Dalam proyeksi
Aksonometri diupayakan untuk penampilan tampak atas, depan, dan samping dalam
satu kesatuan gambar tidak seperti dalam proyeksi Eropa yang terpisah oleh
bidang-bidang. Gambar proyeksi Aksonometri menampilkan objek gambar baik yang
kongkret maupun imajiner ke dalam bayangan tiga dimensi, oleh karena itu
aksonometri tergolong jenis proyeksi piktorial.
Jenis proyeksi Aksonometri dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a.
Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri adalah jenis proyeksi
aksonometri berpenampilan tiga dimensi atau piktorial dengan besaran sudut
masing-masing 120 0, dan perbadingan
masing-masing ukuran tinggi, panjang, dan dalam yaitu 1:1:1. Besar sudut sumbu
1200 dapat digunakan
alternatif dibuat sudut 300 terhadap horisontal (baik
sudut kanan maupun kiri)
Gb.7. Tampilan gambar
isometri.
b.
Proyeksi Dimetri
Penggunaan isometri
seringkali menyebabkan distorsi pada gambar yang ditampilkan, dan garis-garis
yang berimpit. Kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan proyeksi dimetri.
Dimetri artinya ada dua jurusan sumbu yang sama panjang. Pada dimetri
perbandingan yang sama terdapat pada dimensi tinggi dan panjang. Perbandingan
yang lazim digunakan yaitu 2:2:1 atau 3:3:1 Perbandingan ini diikuti dengan
konsekuensi pada sudut objek yang digambar terhadap garis horizon yaitu 41,4
derajat untuk sudut sebelah kanan dan 7,2 derajat untuk sudut sebelah kiri.
Gb. 8. Tampilan gambar dimetri.
c. Trimetri
Penggunaan proyeksi
dimetri ternyata dirasakan banyak terjadi distorsi, oleh karena itu ukuran
kedua rusuk/sumbu salah satunya (rusuk panjang) perlu dipendekkan, sehingga
perbandingan yang sering digunakan adalah 10:9:5 atau 6:5:4.
Gb.
9. Tampilan gambar Trimetri.
3. Gambar Perspektif
Dalam
penglihatan kita sehari-hari, benda-benda yang letaknya lebih dekat dengan mata
terlihat lebih besar dan benda-benda yang terletak lebih jauh dengan mata
terlihat lebih kecil. Semakin jauh letak benda dari mata kita, benda itu akan
terlihat semakin kecil hingga akhirnya hanya tampak sebagai titik saja.
Demikian juga dua benda atau lebih yang letaknya sejajar dan membujur menjauhi
kita, semakin jauh dari mata, keduanya akan terlihat semakin berdekatan hingga
akhirnya saling berimpit dan akan menjadi satu titik.
Gb. 9. Konstruksi gambar perspektif
Seperti
halnya dalam proyeksi Eropa maka dalam gambar perspektifpun diupayakan agar
bidang-bidang yang semula saling berpotongan harus dibentangkan menjadi bidang
datar. Pembentangan tersebut dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.
Bidang mata dibentangkan ke atas menjadi sejajar dengan bidang tafrir, begitu
juga dengan bidang tanah yang dibentangkan ke bawah menjadi sejajar dengan
bidang tafrir.
Gb.10. Bidang hasil pembentangan bidang mata dan bidang tanah
menjadi sejajar bidang tafrir.
Selanjutnya, untuk
kepentingan menggambar perspektif bidang itu menjadi disederhanakan seperti di
bawah ini
Gb.11. Posisi mata, distansi, tinggi tafrir, garis
horizon, dan garis tanah.
Gb.12. Contoh sebuah titik yang diproyeksikan dengan gambar
perspektif
1.
Perspektif satu titik lenyap (one point perspective)
Sistem
perespektif ini digunakan untuk menggambar obyek (benda) yang terletak relatif
dekat dengan mata. Karena letak obyek yang cukup dekat, akibatnya mata memiliki
sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis batas benda akan menuju satu
titik lenyap saja, kecuali bila sejajar dengan horizon dan tegak lurus
terhadapnya. Gambar yang demikian sering disebut dengan paralel
perspective sebab banyak
menggunakan garis-garis bantu yang sejajar horizon dan vertikal. Penerapan
gambar ini banyak digunakan pada gambar rancang bangun (desain) interior.
2.
Perspektif dua titik lenyap (two point perspective)
Sistem
gambar ini digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang letaknya relatif jauh
dan letaknya tidak sejajar (serong) terhadap mata pengamat. Karena posisi
pengamat jauh dengan obyek maka sudut pandang mata melebar, akibatnya
garis-garis batas benda akan menuju titik lenyap sebelah kiri dan kanan. Gambar
ini banyak digunakan untuk desain eksterior.
3.
Perspektif tiga titik lenyap (three point perspective)
Gambar
perspektif ini muncul akibat benda/obyek yang diamati jauh di bawah atau ke
atas horizon. Oleh karenanya sudut pandang mata melebar ke segala arah.
Perspektif ini banyak digunakan untuk menggambar arsitektur bangunan yang serba
tinggi.
Jika kita mengamati
gambar di atas, titik A pada bidang tafrir yang merupakan titik pertemuan garis
mata dengan kedudukan titik tersebut yang ditarik lurus ke garis tanah kemudian
diteruskan ke P sebagai titik hilang. Memproyeksikan titik sebenarnya dapat
melalui 4 cara seperti di bawah ini:
Cara pertama
Cara kedua
Cara ketiga
Cara keempat
Gb.13.
Proyeksi sebuah garis yang tegak lurus dengan garis tanah.
Untuk benda-benda yang
memiliki dimensi tinggi perhatikan gambar di bawah ini. Garis ketinggian benda
diukur dari garis tanah tepat pada perpanjangan garis benda di garis tanah.
Ukuran garis tinggi benda diukur dengan ukuran sebenarnya